Rabu, 29 Februari 2012

Iklim Lautan (Maritim)


            A.    Pengertian Iklim Lautan
Iklim lautan (juga dikenal sebagai iklim pantai barat laut, iklim maritim, iklim Cascadia dan iklim Inggris untuk Cfb, dan tanah tinggi subtropis untuk Cwb) adalah sejenis iklim yang biasanya ditemukan di sepanjang pantai barat di area garis lintang tengah di beberapa benua di dunia, dan juga di area tenggara Australia. Iklim dekat lautan mengalami musim panas yang sederhana dingin dan musim dingin yang agak hangat dibandingkan musim dingin dalam iklim lain, karena pada umumnya iklim ini bercirikan kisaran suhu tahunan yang lebih rapat dibanding tempat lain yang terletak sekitar garis lintang yang sama, serta tidak mengalami musim panas yang teramat kering seperti dalam iklim Mediterania.

Iklim yang serupa dari segi rentang suhunya, juga ditemukan di tanah tinggi tropis meskipun terletak berjauhan dari setiap garis pantai. Umumnya, iklim semacam tergolong dalam klasifikasi iklim Köppen Cfb atau Cwb. Kisaran suhu yang sebegitu kecil tidak bersumber dari jaraknya dari pinggir laut, sebaliknya dihasilkan dari rentang persyaratan suhu yang juga kecil antara musim-musim yang mencirikan tanah rendah tropis; altitudnya cukup tinggi sehingga dapat jatuh di bawah tingkat 18 ° C dan tidak wajar digolongkan dalam iklim tropis asli. Berbeda dengan iklim lautan sebenarnya pula, iklim tropis tanah tinggi basah ini mengalami kemarau yang signifikan pada musim dingin, misalnya di Kota Meksiko. Potensi pertanian di kedua iklim lautan dan iklim tanah tinggi tropis basah agak seiras. iklim-iklim yang paling dominan di Eropa, di mana taburannya semakin ke pedalaman dibandingkan benua-benua lain.
Iklim Pantai Barat Marinir adalah sejenis iklim lautan yang bercirikan kecenderungan berkering seakan-akan iklim Mediterania pada musim panas. Batas ambang kelembaban minimum Köppen pada 30mm memberikannya tanda Cfb untuk kebanyakan zona ini. Iklim ini ditemukan di pantai barat kebanyakan benua, khususnya di Barat Laut Pasifik di Amerika Utara, sepanjang beberapa pantai Chili di Amerika Serikat dan beberapa pesisir utara Spanyol di Eropa.
Untuk sebagian besar setahun, iklim Pantai Barat Marinir identik dengan semua iklim lautan yang lain, yaitu biasanya mengalami keadaan lembab, mendung dan dingin, dan sekali-sekala menerima aliran udara Arktik yang lebih dingin dari pedalaman benua di musim dingin. Bedanya, musim panas di area beriklim Pantai Barat Marinir adalah kering dan cerah. Presipitasi rata-rata bulanan ketika bulan terkering di area ini adalah di bawah 60 mm, yaitu bulan musiman kemarau. Adakalanya, pengeringan ini sungguh signifikan sehingga wajar digolongkan sebagai iklim Mediterania menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger. Namun, sejumlah pakar mengelaskan area tersebut sebagai bentuk kelainan iklim lautan, karena fitur kelautan yang nyata ditunjukkan oleh area ini untuk sebagian besar setahun.
B.     Presipitasi dan Suhu
Presipitasi selalu cukup sepanjang tahun di area beriklim lautan, kecuali di area tanah tinggi tropis tertentu yang mengalami iklim savana atau steppe tropis (mengalami kekeringan pada musim dingin) jika tidak karena ketinggian tinggi yang memastikan kedinginannya (Köppen Cwb). Seperti beberapa variasi sistem pengelasan Köppen, beberapa bagian Barat Laut Pasifik dan selatan tengah Chili dihitung beriklim Mediterania (Köppen Csb) karena selalu kering pada musim panas.
Fitur suhu keseluruhan berbeda menurut tempat-tempat beriklim lautan. Iklim lautan di garis lintang terendah bersifat letaknya subtropis dari sudut pandang panas, tetapi biasanya dikuasai aturan mesoterma, dengan musim dingin yang sederhana dingin dan musim panas yang sederhana hangat. Musim panasnya juga lebih dingin dibandingkan di area beriklim subtropis lembab. Suhu rata-rata bulan terpanas harus kurang dari 22 ° C (72 ° F) dan suhu rata-rata bulan tersejuk harus mencapai -3 ° C (27 ° F). Di arah kutub dari zona beriklim lautan adalah zona beriklim lautan subkutub (Köppen Cfc ), yang mengalami musim dingin yang lama tetapi sederhana dingin (bulan tersejuk menlebihi -3 ° C) dan musim panas yang singkat (empat bulan) dan dingin (suhu rata-rata setidaknya 10 ° C); contoh iklim ini termasuk sesebahagian pantai Islandia di Belahan utara dan area paling selatan Chili dan Argentina di Belahan selatan.


C.     Ciri-Ciri Iklim Lautan
Iklim laut berada di daerah (1) tropis dan sub tropis, dan (2) daerah sedang. Keadaan iklim di kedua daerah tersebut sangat berbeda.
Ciri iklim laut di daerah tropis dan sub tropis sampai garis lintang 40°, adalah sebagai berikut:
1         .      Suhu rata-rata tahunan rendah;
2         .      Amplitudo suhu harian rendah/kecil;
3         .      Banyak awan, dan
4         .      Sering hujan lebat disertai badai.
Ciri-ciri iklim laut di daerah sedang, yaitu sebagai berikut:
1          .      Amplituda suhu harian dan tahunan kecil;
2          .      Banyak awan;
3          .      Banyak hujan di musim dingin dan umumnya hujan rintik-rintik;
.      Pergantian antara musim panas dan dingin terjadi tidak mendadak dan tiba-tiba.
D.    Macam-Macam Iklim di Indonesia
Iklim yang di kenal di Indonesia ada tiga iklim antara lain terdiri dari iklim musim (muson), iklim tropika (iklim panas), dan iklim laut.
1.      Iklim Musim (Iklim Muson)
Iklim Muson terjadi karena pengaruh angin musim yang bertiup berganti arah tiap-tiap setengah tahun sekali. Angin musim di Indonesia terdiri atas Musim Barat Daya dan Angin Musim Timur Laut.
·         Angin Musim Barat Daya.
Angin Musim Barat Daya adalah angin yang bertiup antara bulan Oktober sampai April sifatnya basah. Pada bulan-bulan tersebut, Indonesia mengalami musim penghujan
·         Angin Musim Timur Laut.
Angin Musim Timur Laut adalah angin yang bertiup antara bulan April sampai Oktober, sifatnya kering. Akibatnya, pada bulan-bulan tersebut, Indonesia mengalami musim kemarau.
2.      Iklim Tropika (Iklim Panas)
Indonesia terletak di sekitar garis khatulistiwa. Akibatnya, Indonesia termasuk daerah tropika (panas). Keadaan cuaca di Indonesia rata-rata panas mengakibatkan negara Indonesia beriklim tropika (panas), Iklim ini berakibat banyak hujan yang disebut Hujan Naik Tropika. Sebuah iklim tropis adalah iklim yang tropis . Dalam klasifikasi iklim Köppen itu adalah non- kering iklim di mana semua dua belas bulan memiliki temperatur rata-rata di atas 18 ° C (64 ° F). Berbeda dengan ekstra-tropis, dimana terdapat variasi kuat dalam panjang hari, dan karenanya suhu, dengan musim, suhu tropis tetap relatif konstan sepanjang tahun dan variasi musiman yang didominasi oleh presipitasi. Iklim tropis terletak antara 0° – 231/2° LU/LS dan hampir 40 % dari permukaan bumi.
3.      Iklim Laut.
Negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagian besar tanah daratan Indonesia dikelilingi oleh laut atau samudra. Itulah sebabnya di Indonesia terdapat iklim laut. Sifat iklim ini lembab dan banyak mendatangkan hujan. Iklim laut berada di daerah (1) tropis dan sub tropis; dan (2) daerah sedang. Keadaan iklim di kedua daerah tersebut sangat berbeda. 

E.     Faktor-Faktor yang Dipengaruhi oleh Iklim di Indonesia
a.       suhu udara
karena posisi Indonesia terletak pada lintang yang rendah, maka Indonesia memiliki suhu rata –rata tahunan yang tinggi yaitu kurang lebih 26oc. suhu udara di pengaruhi oleh iklim karena suhu yang tinggi akan mengakibatkan banyak penguapan apalagi dilihat dari letak geografis Indonesia, memungkinkan adanya penguapan yang besar, oleh karena itu pada musim kemarau kadang – kadang juga masih banyak hujan. Dengan demikian tidak ada batas yang jelas antara musim kemarau dan musim penghujan.
b.      Kelembaban udara
Kelembaban udara ialah keadaan fisik atmosfer dalam hubungannya dengan uap air. Dalam kaitannya dengan air yang selalu terdapat dalam atmosfer, berupa uap(gas), butir-butir air atau es yang melayang-layang(awan, kabut). Jumlahnhya sekitar 2% dari massa seluruh atmosfer. Tetapi jumlah ini tidak tetap dan berkisar antara hampir 0%-5%. Sebagai Negara kepulauan yang memiliki laut yang luas, iklim tropis dan suhu yang tinggi , maka penguapan di Indonesia sangat banyak sehingga kelembaban udara selalu tinggi.
c.       Curah hujan
Sebagai Negara kepulauan yang memiliki laut yang luas, iklim tropis dan suhu yang tinggi , maka penguapan di Indonesia sangat banyak sehingga kelembaban udara selalu tinggi. Kelembaban udara yang tinggi inilah yang akan menyebabkan curah hujan yang tinggi pula. Meskipun demikian, banyaknya curah hujan di Indonesia juga dipengaruhi oleh beberapa factor. Diantaranya yaitu :
·         Letak daerah konvergensi antartropis
·         Bentuk medan dan arah lereng medan
·         Arah angin yang sejajar dengan pantai
·         Jarak perjalanan angin di atas medan datar
·         Posisi geografis daerahnya.
Rata – rata curah hujan di Indonesia tergolong tinggi, yaitu lebih dari 2000 mm/tahun. Daerah yang paling tinggi curah hujannya yaitu daerah baturaden di lereng gunung slamet dengan rata – rata curah hujan kurang lebih 589 mm/bulan. Daerah yang paling kering adalah daerah Palu, Sulawesi tengah dengan curah hujan rata-rata kurang lebih 45,5 mm/bulan.

F.      Kerugian dan Keuntungan Iklim di Indonesia
·         Kerugian :
Terjadinya bencana yang sering terjadi di Indonesia akibat perubahan iklim.
Contohnya: musim hujan tiada henti mengakibatkan banjir pada perkotaan dan tanah lonsor pada lereng yang gundul. Bila terjadi musim kemarau berkepanjangan maka terjadi kekeringan pada suatu daerah. Yang lebih penting tentang perubahan iklim yang mengakibatkan pemanasan global dan mencairnya es di kutub yang mengakibatkan pulau-pulau kecil tenggelam.
·         Keuntungan :
Indonesia sangat diuntungkan dengan iklim tropisnya. Bagai permata dunia, banyak negara yang iri dengan apa yang kita miliki. Matahari menyinari selama kurang lebih 12 jam per harinya. Ribuan jenis flora dan fauna dapat tumbuh dan berkembang dengan baik di negara tercinta ini. Berbagai macam jenis kayu yang dapat kita manfaatkan dengan bijak, salah satunya untuk material bangun rumah. Selain itu jenis material lain juga sangat beragam, sehingga memudahkan kita untuk menciptakan hunian yang nyaman, sesuai keinginan, dan tentunya menarik dari segi fasadnya.
Dengan adanya sinar matahari yang cukup banyak dapat kita terima, sebenarnya dapat kita manfaatkan secara maksimal untuk sumber pencahayaan alami dalam bangunan sehingga kita dapat menghemat pemakaian listrik. Tetapi apabila tidak di rencanakan dengan baik, bukan tidak mungkin sumber pencahayaan alami yang paling utama ini dapat merepotkan anda. Salah satu yang merepotkan dalam rumah adalah silau. Silau ini dapat diakibatkan oleh pantulan sinar matahari yang menimpa material bangunan yang memiliki tingkat reflektifitas cukup tinggi, misalnya keramik dan marmer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar