- Tektonik Setting Pulau Irian
Geologi
di wilayah ini sangat kompleks karena kawasan ini terbentuk dari dua interaksi
lempeng yaitu lempeng Australia dan lempeng Pasifik sehingga menghasilkan
bentukan yang khas. Dan periode pembentukannya lebih dikenal dengan Orogenesa
Melanesia. Orogenesa ini mengakibatkan pola struktur irian jaya menjadi sangat
rumit dan khas. Secara keseluruhan unsur ini diakibatkan oleh gaya pemampatan
berarah barat daya-timur laut, searah dengan tumbukan (Dow, dkk : 1984).
Ada
dua bagian kerak utama yang terlibat di Irian Jaya yaitu kraton australia dan
kerak pasifik. Yang pertama adalah mantap dan menjadi dasar bagian selatan,
sedangkan yang kedua merupakan alas pantai utara (termasuk teluk cendarwasih,
dow, drr, 1982). Daerah badan burung merupakan jalur memanjang dari timur ke
barat yang telah mengalami pelipatan. Jalur ini disebut jalur sesar naik
pegunungan tengah (JSNPT).
Awal
Miosen merupakan masa orogenesa Melanesia. Pada masa itu proses tektonik di
daerah ini mulai terpacu sehingga menghasilkan kedudukan tumbukan yang kearah
barat daya yang lebih intensif. Pertumbukan di kedua mendala tersebut
mengakibatkan mendala JSNPT membengkok dan berhenti di daerah leher burung (jalur
lipatan lengguru). Bersamaan dengan ini terbentuklah kepala burung yang khas
itu. Bagian yang sangat menonjol dari tatan tektonik ini adalah sistem sesar
mendatar (transform fault) mengiri yaitu sesar sorong-yapen, terutama segmen
lateral yang melibatkan ratusan kilometer batuan yang terseret.
B. Stratigrafi Pulau
Irian
Geologi
Irian Jaya secara garis besar dibedakan ke dalam tiga kelompok batuan penyusun
utama yaitu:
(a)
batuan kraton Australia;
(b) batuan lempeng pasifik; dan
(c)
batuan campuran dari kedua lempeng.
Litologi yang terakhir ini batuan bentukan
dari orogenesa Melanesia. Batuan yang berasal dari kraton Australia terutama
tersusun oleh batuan alas, batuan malihan berderajat rendah dan tinggi sebagian
telah diintrusi oleh batuan granit di sebelah barat, batuan ini berumur
palaezoikum akhir, secara selaras ditindih oleh sedimen paparan mesozoikum dan
batuan sedimen yang lebih muda , batuan vulkanik dan batuan malihan hingga
tersier akhir. (dow, drr,1985). Singkapan yang baik dan menerus dapat diamati
sepanjang daerah batas tepi. Utara dan pegunungan tengah.
Batuan
lempeng pasifik umumnya lebih muda dan tersusun terutama oleh batuan ultrabasa,
tuf berbutir halus dan batuan sedimen laut dalam yang diduga berumur jura
batuan mesozoikum lainnya yang berasal dari kerak samudera seperti batuan
ultramafik (kompleks ofiolit) dan batuan plutonik berkomposisi mafik. Kelompok
batuan ini tersungkupkan dan terakrasikan di atas kerak kontinen Australia
karena bertumbukan dengan lempeng pasifik. Keadaan ini membentuk pola
pegunungan kasar di daerah pegunungan tengah bagian utara. Jalur ofiolit
membantang kearah timur barat sejauh 400 km.
C. Mendala Struktur
Pulau Irian
a.
Irian jaya bagian timur
Jalur
Sesar Naik New Guinea (JSNNG).
(JSNNG)
merupakan jalur lasak irian (jalasir) yang sangat luas, terutama di daerah
tengah-selatan badan burung. Jalur ini melintasi seluruh zona yang ada di
daerah sebelah timur New Guinea yang menerus kearah barat dan dikenal sebagai
jalur sesar naik pegunungan tengah (JSNPT). Zona JSNNG-JSNPT merupakan zona
interaksi antara lempeng Australia dan pasifik. Lebih dari setengah bagian
selatan New guinea ini dialasi oleh batuan yang tak terdeformasikan dari kerak
benua. Zone JSNPT, di utara dibatasi oleh sesar yapen, sesar sungkup mamberamo.
Batas tepi barat oleh sesar benawi torricelli dan di selatan oleh sesar naik
foreland. Sesar terakhir yang membatasi JSSNG ini diduga aktif sebelum orogen
melanesia.
Jalur
Sesar Naik Pegunungan Tengah (JSNPT)
JSNPT
merupakan jalur sesar sungkup yang berarah timur-barat dengan panjang 100 km,
menempati daerah pegunungan tengah Irian Jaya. Batuannnya dicirikan oleh kerak
benua yang terdeformasikan sangat kuat. Sesar sungkup telah menyeret batuan
alas yang berumur perm, batuan penutup berumur mesozoikum dan batuan sedimen
laut dangkal yang berumur tersier awal ke arah selatan. Di beberapa tempat
kelompok batuan ini terlipat kuat. Satuan litologi yang paling dominan di JSNPT
ialah batu gamping new guinea dengan ketebalan mencapai 2000 m.
Sesar
sungkup JSNPT dihasilkan oleh gaya pemampatan yang sangat intensif dan kuat dengan
komponen utama berasal dari arah utara. Gaya ini juga menghasilkan beberapa
jenis antiklin dengan kemiringan curam bahkan sampai mengalami pembalikan
(overtuning). Proses ini juga menghasilkan sesar balik yang bersudut lebar
(reserve fault). Penebalan batuan kerak yang diduga terbentuk pada awal pliosen
ini memodifikasi bentuk daerah JSNPT. Periode ini juga menandai kerak yang
bergerak ke arah utara.membentuk sesar sungkup. Mamberamo (the mamberamo thrust
belt) dan mengawali alih tempat gautier (the gautier offset).
Jalur
Sesar Naik Mamberamo
Jalur
sesar ini memanjang 100 km ke arah selatan dan terdiri dari sesar anak dan
sesar geser (shear) sehingga menyesarkan batuan plioesten formasi mamberamo dan
batuan kerak pasifik. William, drr
(1984) mengenali daerah luas dengan pola struktur tak teratur. Di sepanjang
jalur sesar sungkup dijumpai intrusi poton-poton batuan serpih (shale diapirs)
dengan radius seluas 50 km, hal ini menandakan zona lemah (sesar). Poton-poton
lumpur ini biasanya mempunyai garis tengah beberapa kilometer, umumnya terdiri
dari lempung terkersikkan dan komponen batuan tak terpilahkan dengan besar
ukuran fragmen beberapa milimeter hingga ratusan meter. Sekarang poton lumpur
ini masih aktif dan membentuk teras-teras sungai.
b.
Irian jaya barat
Zona
Sesar Sorong
Batas
lempeng pasifik yang terdapat di Irian Jaya barat berupa sesar mengiri yang
dikenal dengan sistem sesar Sorong-Yapen. Zona sesar ini lebarnya 15 km dengan
pergeseran diperkirakan mencapai 500 km (dow, drr.,1985). Sesar ini dicirikan
oleh potongan-potongan sesar yang tidak teratur, dan dijumpai adanya bongkahan
beberapa jenis litologi yang setempat dikenali sebagai batuan bancuh. Zona
sesar ini di sebelah selatan dibatasi oleh kerak kontinen, tinggian kemum dan
sedimen cekungan selawati yang juga menindih kerak di bagian barat. Di utara
sesar geser ini ditutupi oleh laut.
Hal
ini menandakan bahwa dasar laut ini dibentuk oleh batuan kerak samudera. lima
kilometer kearah barat daya batuan kerak pasifik tersingkap di pulau Batanta, terdiri
dari lava bawah laut dan batuan gunung api busur kepulauan.
Perederan
beberapa ratus kilometer dari zona sesar Sorong-Yapen pertama kali dikenal oleh
Visser Hermes (1962). Adalah sesar mengiri dan berlangsung sejak Miosen Tengah.
Kejadian ini didukung oleh bergesernya anggota batu serpih formasi Tamrau
berumur Jura-Kapur yang telah terseret sejauh 260 km dari tempat semula yang
ada disebelah timurnya (lihat pergeseran sesar Wandamen dibagian Timur) dan
hadirnya blok batuan vulkanik alih tempat (allochtonous) yang berumur Miosen
Tengah sejauh 140 km di daerah batas barat laut Pulau Salawati (Visser &
Hermes, 1962)
Zona
Sesar Wandamen
Sesar
Wandamen (Dow,1984) merupakan kelanjutan dari belokan Sesar Ransiki ke Utara
dan membentuk batas tepi timur laut daerah kepala burung memanjang ke Barat
daya pantai sasera, dan dari zona kompleks sesar yang sajajar dengan leher
burung. Geologi daerah Zona Sesar Wandamen terdiri dari batuan alas berumur
Paleozoikum Awal, batuan penutup paparan dan batuan sediment yang berasal dari
lereng benua. Kelompok ini dipisahkan oleh zona dislokasi dengan lebar sampai
ratusan kilometer, terdiri dari sesar-sesar sangat curam dan zona perlipatan
isoklinal.
Perubahan
zona arah sesar Wandamen dari Tenggara ke Timur di tandai bergabungnya
sesar-sesar tersebut dengan sesar Sungkup Weyland. Timbulnya alih tempat
(allochtonous) yang tidak luas tersusun oleh batuan sedimen mezozoic. Diatas
satuan ini diendapkan kelompok batu gamping New Guenia. Jalur sesar Wandamen
dan Sesar Sungkup lainya di zona ini merupakan bagian dari barat laut JSNPT.
Jalur
Lipatan Lengguru (Lengguru Fold Belt)
Jalur
Lipatan lengguru (JLL) adalah merupakan daerah bertopografi relative rendah
jarang yang mencapai ketinggian 1000 m di atas muka laut. Daerah ini dicirikan
oleh pegunungan dengan jurus yang memenjang hingga mencapai 50 km, batuanya
tersusun oleh batu gamping New Guenia yang resistan. Jalur lipatan ini
menempati daerah segitiga leher burung dengan panjang 3000 km dan lebar 100 km
dibagian paling selatan dan lebar 30 km dibagian utara. Termasuk di daerah ini
adalah batuan paparan sediment klastik Mesozoikum yang secara selaras ditindih
oleh batu gamping New Guenia (Kapur awal miosen). Batuan penutup ini telah
mengalami penutupan dan tersesar kuat. Pengerutan atau lebih dikenal dengan
thin skin deformation berarah barat laut dan hampir searah dengan posisi leher
burung. Intensitas perlipatan tersebut cenderung melemah kea rah utara zona
perlipatan dan meningkat kearah timur laut yang berbatasan dengan zona Sesar
Wandemen (Dow, drr.,1984).
JLL
adalah thin slab kerak benua yang telah tersungkup-sungkup kan kearah barat
daya diatas kerak benua Kepala Burung (Subduksi menyusut = oblique subduction).
Jalur ini telah mengalami rotasi searah jarum jam (antara 75-80). Porsi bagian
tengah dari JLL ini terlipat kuat sehingga menimbulkan pengerutan. Dow drr
(1985) menyarankan pengkerutan kerak (crustal shortening) ini sebesar 40-60 km.
diperkirakan proses pemendekan tersebut masih berlangsung hingga sekarang.
Jalur JLL di sebelah timur dibatasi oleh Sesar Wandamen di selatan oleh sesar
Tarera Aiduna dan dibagian barat oleh sesaar aguni. Hal ini dapat menutup
kemungkinan bahwa jalur JLL merupakan perangkap hidrokarbon jenis struktur yang
melibatkan batuan alas akibat gaya berat memampat.
D. Geomorfologi Pulau
Irian
Secara
astronomis, Irian terletak antara 00 19’–100 43’ LS dan
1300 45’-1500 48’ BT, mempunyai luas wilayah +
1.584.000 km2. Secara administratif pulau ini terdiri dari papua
sebagai wilayah RI dan Papua Nugini yang terlatak di bagian timur. Fisiografi
papua dibedakan menjadi tiga bagian:
- Semenanjung barat atau kepala burung yang dihubungkan oleh leher yang sempit terhadap pulau utama (1300 – 1350 BT)
- Pulau utama atau tubuh (1350 – 143,50 BT)
- Bagian timur termasuk ekor (143,50 – 1510 BT)
Di
sebelah utara papua terdapat bagian Samudera Pasifik yang dalamnya 4000m,
dibatasi oleh kepulauan Carolina di sebelah utara. Pulau-pulau karang yang
muncul terjal dari dasar samudra itu (Mapia di sebelah utara Manokwari)
menunjukkan bahwa bagian samudera ini merupakan block kontinen yang tenggelam.
Block kontinen yang tenggelam di sebelah utara Papua ini dianggap sebagai tanah
batas “Melanesia”. Kearah selatan, Dangkalan Sahul (laut Arafura) dan selat
torres menghubungkan Papua dengan Australia.
- Kepala burung dan Leher
Sejajar
dengan pantai utara Kepala burung terjadi rangkaian pegunungan yang membujur
timur-barat antara Salawati dan Manokwari. Ini terbagi oleh utara dan selatan
oleh sebuah depresi memanjang. Rangkaian utara tersusun dari batuan volkanis
neogen dan kuarter yang diduga masih aktif atau volkan Umsini pada tingkat
solfatar. Rangkaian selatan terdiri dari sediment tertier bawah dan per-tertier
yang terlipat kuat. Arahnya timur-barat, kemudian melengkung ke selatan sampai
pegunungan lima. Bagian utara kepala burung dipisahkan terhadap bagian selatan
(Bombarai) oleh teluk Macculer yang luas tetapi dangkal, karena sedimentasi
yang besar dan di tandai dangkalan yang berisi pulau-pulau, parit-parit, dan bukit-bukit
yang terpisah-pisah.
- Batang atau Daratan Utama
Bagian
utara pulau ini menunjukkan zone-zone yang arahnya di barat laut-tenggara yang
sejajar atau sama lain. Selanjutnya berupa zone memanjang dari tanah rendah dan
bukit-bukit, yaitu depresi memberamo-bewani yang sebagian jalin-menjalin dengan
jalaur pantai utara daratan utama. Depresi tersebut membujur dari pantai timur
teluk geelvink di sepanjang danau rambebai dan sentani sapai ke pantai finch
dengan aitape. Disebelah selatan depresi ini terdapat rangkaian pegunungan
kompleks yang disebut rangkaiana pembagi utara. Rangkaian pembagi utara ini
merupakan deretan pegunungan dan pegunungan antara teluk geelvink di bagian
barat dan muara sungai sepik di bagian timur. Dibagian barat terdapat puncak
dom (1340 m), ke arah timur pegunungan van rees, yang secara melintang
terpotong oleh sungai mamberamo, yang di ikiuti oleh pegunungan gauttier
(>1000 m), pegunungan poya, karamoor, dan bongo. Di sebelah selatan
pegunungan Cyclops terdapat sebuah sumbu depresi.
- Bagian timur (“ekor”) Papua
Mulai
143,50 BT garis-garis arah umum fisiografinya menjadi barat
laut-tenggara. Bagian timur menujukkan beberapa bentang alam yang berbeda
dengan daratan utama. Di antara rangkaian timur laut dan rangkaian tengah,
terbentang sebuah depresi, ditandai oleh lembah-lembah Ramu dan Markham. Ke
arah timur zone ini melintas sampai teluk Huon. Rangkaian tengah, dimana
rangkaian victoe emanuel merupakan bagian yang relatif sempit dari sistem
pegunungan lengan papua. Perbedaan antara rangkaian tengah di bagian barat
daratan utama pada satu pihak dan bagian timur serta ekor di pihak lain adalah
dibentuk oleh perluasan volkanisme tertier dan kuarter di bagian timur
tersebut. Pada tepi utara geantiklinal terdapat unsur volkan lain, seperti
gunung lamington, Trafalgar, victory goropu, dan gunung dayman. Jalur volkanis
membujur ini membujur sejajar sampai ke ujung tenggara ekor papua. Jalur
tersebut merupakan zone dalam yang volkanis dari sistem orogen, sedangkan zone
luar yang tidak volkanis merupakan pulau-pulau trobriand dan eoodlark, terletak
sampai di sebelah utaranya.
E. Pengembangan Wilayah
di Pulau Irian
Provinsi
Papua memiliki kondisi topografi yang sangat bervariasi dari daerah datar
hingga daerah sangat curam. Sebagian besar wilayah Papua termasuk daerah datar
dengan kisaran kemiringan lahan 0 - 8% mencapai luasan ± 16,3 juta hektar
(38,6%) dan diikuti dengan kemiringan lahan 15 – 25% seluas ± 15,0 juta hektar
(35,5%). Sedangkan 5,9% dari luas wilayah Papua adalah daerah agak curam.
Wilayah
yang didominasi daerah datar antara lain adalah Kabupaten Merauke dan Kabupaten
Mimika. Wilayah tersebut cukup cocok untuk dimanfaatkan sebagai lahan pertanian
dan perkebunan, serta penggunaan lahan lainnya yang memerlukan persyaratan
topografi datar. Sedangkan daerah pegunungan terutama didominasi oleh Kabupaten
Jayawijaya, kemudian Kabupaten Jayapura, Nabire, Paniai dan Kabupaten Puncak
Jaya. Daerah dengan topografi curam hinggan sangat curam ini akan berdampak
pada alokasi penggunaan lahan, dimana kondisi tersebut tidak cocok dimanfaatkan
untuk budi daya pertanian.
Teluk
Cendrawasih merupakan kawasan andalan dikarenakan letaknya yang strategis,
infrastruktur yang memadai, dan potensi SDA yang kaya serta merupakan pintu
gerbang sebelah timur Indonesia. Perlu diketahui sebelumnya bahwa terdapat dua
pusat pertumbuhan di pulau ini. Yang mana keduanya terpisah oleh pegunungan
Jayawijaya. Kedua pusat tersebut adalah Biak di sebelah Utara sebagai inti
kawasan andalan Teluk Cendrawasih, dan Tinamika di sebelah Selatan sebagai
pusat pertumbuhannya.
Kabupaten
Biak Numfor dicanangkan sebagai pusat pertumbuhan untuk sektor industri dan
pariwisata. Kabupaten ini memiliki potensi wisata yang beragam, pusat wisata
alam (habitat flora dan fauna) khususnya keindahan laut, taman laut Insubabi,
cagar alam pulau Supiori dan pulau Numfort serta air panas di sumber air biru.
Untuk sektor industri di wilayah ini, direncanakan pengembangan kawasan
industri atau Eksport Processing Zone (ERZ) yang study kelayakannya sudah
rampung.
Sektor
kehutanan yang terletak di Kabupaten Yapen Waropen berkembang dengan baik
karena hutannya masih luas sekitar 1.950.500 ha terdapat hutan produksi
terbatas seluas 264.493 ha, dan hutan konversi 522.310 ha. Sisanya berupa hutan
lindung seluas 503.343 ha, hutan PPA 65000 h dan hutan lainnya 7.806 ha.
Kabupaten
Manokwari memiliki enam cagar alam dan tiga suakamargasatwa. Selain potensi
alam tersebut, di wilayah juga terdapat sektor pertambangan, kehutanan, dan
pertanian (tanaman pangan dan perkebunan). Potensi pertambangan yang menonjol
adalah minyak bumi di Bintuni, uranium dan
granit di Anggi dan Ransiki, mika di Wasior, dan timah putih di Rasinki.
Pengembangan
wilayah di Papua juga dapat ditinjau dari beberapa faktor diantaranya:
- Faktor Sumber Daya Wilayah
Sumber
daya wilayah yang dimaksud adalah sumber daya lahan yang terkait dengan fisik
wilayah. Kiat manajemen atau pengelolaan yang berimbang dan berkelanjutan
merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam peningkatan produktivitasnya.
Keberhasilan pengelolaan dengan berpijak pada kaidah kelestarian lingkungan dan
berkelanjutan akan dapat menjamin terhadap meningkatnya masukan daerah yang
telah lama dieksploitasi dengan tanpa mempertimbangkan kelestarian secara
optimal. Sebagaimana diketahui bersama bahwa keaaan daerah saat ini telah
mengalani banyak perubahan sebagai akibat kurangnya pelibatan dan pemberdayaan
masayarakat dalam melakukan pengambangan di wilayah yang bersangkutan, sehingga
dalam mengantisipasi terhadap pengaruh negatif berkepanjangan maka perlu segera
diupayakan adanya sinkronisasi dan peningkatan hubungan koordinasi dan
kemitraan antara pemerintah dan masyarakat, serta daerah dan pusat dalam rangka
peningkatan potensi di wilayah yang bersangkutan.
- Faktor Sumber Daya Manusia
Manusia
adalah kunci keberhasilan pembangunan. Sumberdaya manusia merupakan kunci
sukses dalam setiap pelaksanaan pembangunan baik dalam skala kecil, menengah,
maupun sedang. Dalam rangka peningkatan keberhasilan pelaksanaan pembangunan
tersebut maka diperlukan kualitas sumberdaya manusia yang memadai. Peningkat
kualitas yang dibarengi oleh peningkatan kualitas sumberdaya manusia yang
berkualitas di tingkat regional untuk masa-masa sekarang dan yang akan datang
perlu dilakukan dan perlu memperoleh perhatian yang serius dalan penanganannya
sehingga potensinya dapat dimanfaatkan secara baik dan benar.
Pembangunan
regional bukanlah membangun fisik daerah semata-mata melainkan inti pembangunan
daerah adalah membangun sumber daya manusia. Oleh sebab itu, dalam
pelaksanaannya, aspek pemberdayaan masyarakat perlu mendapatkan perhatian yang
serius. Dalam rangka ini pula, diwajibkan kepada daerah untuk mempersiapkan
sarana dan prasarana pendukung bagi pengembangan sumber daya manusia dan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu memberikan dukungan terhadap
dilaksanakannya paradigma pembangunan berkelanjutan dan mampu membangun daerah
berdasarkan aspirasi daerah yang bersangkutan.
- Faktor Kedudukan Geografis
Letak
wilayah secara geografis memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap perkembangan
wilayah baik dari segi ekonomi, budaya, sosial, politik dan fiskal. Letak geografis
memiliki pengaruh pula terhadap letak strategis wilayah dalam berbagai aspek
kehidupan. Kedudukan strategis wilayah yang bersangkutan dan dapat menjadikan
wilayah tersebut sebagai salah satu pasar produksi pembangunan baik sektoral,
maupun nonsektoral dan bahkan mungkin dapat menjadi salah satu produsen handal
yang mampu memasok terhadap daerah lain disekitarnya, dengan demikian kedudukan
geografi memiliki peran yang penting dan dapat menjadi faktor pengaruh yang
kuat terhadap perkembangan wilayah yang bersangkutan dan sekitarnya.
Di
samping itu, dengan letak geografi tersebut dapat dijadikan sebagai dasar
setting terhadap kegiatan yang prospektif di masa depan termasuk penentuan pola
konservasi dan preservasi serta pola eksploitasinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar